
“kehendak Untuk Berkuasa” sebuah garis besar untuk memperjuangkan paradigma berfikir kegarda yang lebih luas. Kebudayaan berfikir tentang pop-populer haruslah diliburkan dan diganti dengan budaya mahhabah untuk mentafakuri epistemologis yang lebih menonjol dan kuat, Intinya untuk perkembangan seremorial hakikat. Ketika Nietzsche bersahut-sahut “kehendak Untuk Berkuasa” disini muncul konfrontasi untuk meninjau lebih dalam makna keilmuan akan perkembangan suatu kekuasaan, tidak salah ketika filsuf asal Perancis Francis Bacon dengan teorinya berujar Ilmu itu adalah kekuatan. Kekuatan lintas berfikir, kekuatan sekaligus kekuasaan untuk meredam suatu paradigma yang ugal-ugalan, paradigma yang diracuni oleh ketaklidan semata. Saya menafsirkannya sebagai epistemologis yang hakiki, yah semacam kemandirian ilmu yang logis dan itu semua bersemayam kepada rasio. Dan kemandirian ilmu berfikir itu bersumber pada Freidriech Nietzsche. Nietzshe adalah sebuah simbol kemajuan berfikir, lahir dari keluarga yang taat beragama yang ingin lepas dari semacam pembredelan seperti itu. Pemberontakkan diam-diam yang lahir dari kejenuhan berfikir manusia dizamannya. Kebudayaan yang boborok yang disembah-sembah, gaya berfikir yang tak sesuai akan nurani, ide ketunggalan yang menjadi kewahidan manusia. Pada titik inilah kelihatan Nietzsche mendukung pesimisme sama suramnya, jika bukan identik dengan Schopenhuer. Tetap ia menunjukan bahwa, bahkan pemikiran yang radikal diperlukan untuk menghadirkan struktur berfikir yang mempesona.
Nietzsche lalu mengajukan pertanyaan: dari mana kita menarik rasio yang membuat kita percaya pada kebenaran pernyataan-pernyataan presitius itu? Menurut Nietsche, Kant telah gagal menjawabnya. Sedangkan Jawaban dari Nietsche adalah: dari kepercayaan. Dan kepercayaan semacam ini sebenarnya adalah masalah psikologis antar dialektika. Kehendak untuk berkuasa, dilihat dari segi ini, manusia tidak lebih dari pada sebuah entitas atau satuan kekuasaan yang terus menerus hendak mengaktualisasikan diri lewat konflik yang sifatnya internal semata. Bagi Nietsche manusia bukanlah semata-mata produk alam sebagaimana Darwin, mengarah pada ubermensch kedudukan ini membuat manusia dalam keadaan bahaya secara Geist dan passions.
Bandung 2009
Nietzsche lalu mengajukan pertanyaan: dari mana kita menarik rasio yang membuat kita percaya pada kebenaran pernyataan-pernyataan presitius itu? Menurut Nietsche, Kant telah gagal menjawabnya. Sedangkan Jawaban dari Nietsche adalah: dari kepercayaan. Dan kepercayaan semacam ini sebenarnya adalah masalah psikologis antar dialektika. Kehendak untuk berkuasa, dilihat dari segi ini, manusia tidak lebih dari pada sebuah entitas atau satuan kekuasaan yang terus menerus hendak mengaktualisasikan diri lewat konflik yang sifatnya internal semata. Bagi Nietsche manusia bukanlah semata-mata produk alam sebagaimana Darwin, mengarah pada ubermensch kedudukan ini membuat manusia dalam keadaan bahaya secara Geist dan passions.
Bandung 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar